MAKALAH
INFORMASI TEKNOLOGI
“FEBRIS/DEMAM“
Nama
:Listianingrum (201401076)
PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN
AKPER PEMKAB PONOROGO
TAHUN AKADEMIK
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum,Wr.Wb.
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa. Karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya lah kita diberikan nikmat
kesehatan hingga sampai sekarang ini. Dan tak lupa pula shalawat serta salam
kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Serta para
sahabat-sahabat-Nya, pengikut-pegikutnya hingga akhir zaman. Dimana yang telah
mengajarkan iman dan islam kepada kita, sehingga kita dapat menikmati indahnya
keimanan dan Islam.
Dengan
penuh rasa syukur kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata
kuliah Agus Wiwit S.Kep Ns, , yang telah membimbing
kami dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan dan penyusuan
kata-kata pada tugas ini masih banyak kesalahan penulisan, untuk itu kami
selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pambaca demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata
semoga Makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikumWr.Wb
Ponorogo, 1 Oktober 2015
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................................. 1
Kata
pengantar............................................................................................................. 2
Daftar
isi....................................................................................................................... 3
A. Konsep Pendahuluan
1. Definisi......................................................................................................... 4
2. Etiologi......................................................................................................... 6
3.Manisfestasi Klinis........................................................................................ 6
4.Patofisiologi................................................................................................... 7
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ................................................................................................... 7
2. Intervensi ..................................................................................................... 8
3. Implementasi ............................................................................................... 10
4. Evaluasi........................................................................................................ 11
Penutup
A. Kesimpulan
dan saran.............................................................................................. 15
Daftar Pustaka
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN FEBRIS/DEMAM
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di
hipotalamus (Elizabeth J. Corwin, 2000). Dikatakan demam jika suhu orang
menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2006). Demam terjadi karena pelepasan
pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen
eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil
reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer,
2004).
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur
suhu tubuh secara abnormal. Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas
variasi sirkardian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat
termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior (Isselbacher, 1999).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat
disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh
zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri,
tumor otak atau dehidrasi(Guyton, 1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38⁰C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari
37,8⁰C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40⁰C disebut demam tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2000).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat
termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami demam bila suhu
tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal (Donna L. Wong,
2003).
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara
lain:
a. Demam septik
Suhu badan berangsur
naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat
diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun
setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang
mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu
yang dicatat demam septik.
c. Demam
intermiten
Suhu badan turun
ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti
ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari
terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam
kontinyu
Variasi suhu sepanjang
hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam
siklik
Terjadi kenaikan suhu
badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bacterial.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bacterial.
Jenis Demam
|
Ciri-ciri
|
Demam septic
|
Malam hari suhu naik sekali, pagi hari turun hingga diatas
normal, sering disertai menggigil dan berkeringat
|
Demam remitten
|
Suhu badan dapat turun setiap hari tapi tidak pernah mencapai
normal. Perbedaan suhu mungkin mencapai 2 derajat namun perbedaannya tidak
sebesar demam septik.
|
Demam intermiten
|
Suhu badan turun menjadi normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam terjadi dua hari sekali disebut tertiana dan apabila terjadi
2 hari bebas demam diantara 2 serangan demam disebut kuartana.
|
Demam kontinyu
|
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia
|
2. Etiologi,,
Demam
terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi,
penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia,
2000).
Menurut
Guyton (2000), demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor
otak atau dehidrasi.
Penyebab
demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan
atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain
secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam
adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala
yang menyertai demam.
Sedangkan
menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000 bahwa etiologi
febris,diantaranya
a. Suhu
lingkungan.
b. Adanya
infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis
media.
f. Imunisasi
3. Manifestasi
Klinis
Tanda
dan gejala terjadinya febris adalah:
a. Anak
rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)
b. Kulit
kemerahan
c. Hangat
pada sentuhan
d. Peningkatan
frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan
nafsu makan
Banyak
gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan
somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5⁰C - 40⁰C, kulit hangat,
takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit
kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan
hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala
verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito.
2000).
4. Patofisiologi
Demam
adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi
atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing
masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya
pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari
infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda
asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan
protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri
toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam selama
keadaan sakit.
Mekanisme
demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada mekanisme
ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah,
makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini
selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang
disebut juga zat pirogen leukosit.
Pirogen
selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada
tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam
hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan
reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan
demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh
(sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan
meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan
antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1.
Biodata
Klien:
nama,umur,jenis kelamin,pendidikan terakhir,agama,alamat,tanggal MRS,tanggal
pengkajian ,nomer register,diagnose medis
2.
Riwayat
kesehatan
a.
Keluhan
utama
Saat
MRS : keluhan yang menyebabkan klien diharuskan untuk berada di rumah sakit
Saat
pengkajian : keluhan utama yang paling dirasakan saat pengkajian
b.
Riwayat penyakit sekarang
P
: Poliatif-Provokatif : penyebab dan faktor yang memberat atau meringkan
Q : Qualitas – quantitas : berat
dan intensitas keluhan
R : Regio : daerah dan penyebaran
keluhan
S
: skala : 1-10 dimana keluhan dirasakan ringan,sedang,berat
T : time : waktu terjadinya keluhan
c. Riwayat
penyakit dahulu : penyakit yang pernah diderita klien
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Genongram
: garisn keturunan klien,menurun 3 generasi
3.
ADL
Pada
aktivitas dirumah dan dirumah sakit meliputi makan dan minum ,istirahat
tidur,eliminasi,kebersihan diri,dan pola lain
4.
Data
psikososial
5.
Data
spiritual
6.
Pemeriksan
fisik
a. Tingkat
kesadaran dan GCS
b. TTV
c. Antropometri
meliputi TB dan BB
d. Kepala
dan leher
e. Integumen
dan kuku
f. Thorax
g. Jantung
h. Abdomen
i. Ekstremitas
j. Neurologi
k. Genetalia
dan anus
l. Ekstremitas
atas dan bawah
7.
Pemeriksaan
penunjang ,lab,rontgen,ekg
8.
Penatalaksanaan
terapi ,diet,obat,infuse
9. Pemeriksaan
penunjang
a. Laboratorium
b. Foto
rontgent
c. USG
10. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia
berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme
c. Resiko
kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaforesis.
d. Ansietas
berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
11. Intervensi Keperawatan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
|
Intervensi
(NIC)
|
1.
|
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
Batasan karakeristik
:
· Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
· Serangan atau konvulsi (kejang)
· Kulit kemerahan
· Pertambahan RR
· Takikardi
· Saat disentuh tangan terasa hangat
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24jam klien menunjukkan
temperatur dalam batas normal dengan kriteria hasil:
· Suhu Tubuh dalam batas normal
· Bebas dari kedinginan
· Suhu tubuh stabil 36,50-37,50c
· Termoregulasi dbn
· Nadi dbn
<1 bln : 90-170
<1 thn : 80-160
2 thn : 80-120
6 thn : 75-115
10 thn : 70-110
14 thn : 65-100
>14thn : 60-100
· Respirasi dbn
BBL : 30-50 x/m
Anak-anak : 15-30 x/m
Dewasa : 12-20 x/m
|
Fever treatment
· Monitir suhu sesering mungkin
· Monitor IWL
· Monitor warna dan suhu kulit
· Monitor tekanan darah, nadi dan RR
· Monitor penurunan tingkat kesadaran
· Monitor WBC, HB dan CT
· Monitor intake dan output
· Kolaborasikan pemberian antipiretik
· Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
· Selimuti pasien
· Berikan cairan intravena
· Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
· Tingkatkan sirkulasi udara
· Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperature
regulation
· Monitor suhu minimal tiap 2 jam
· Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
· Monitor TD, nadi dan RR
· Monitor warna dan suhu kulit
· Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
· Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
· Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
· Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negative dari kedinginan
· Berikan antipiretik bila perlu
Vital Sign
Monitoring
· Monitor TD, nadi, suhu dan RR
· Catat adanya fluktuasi tekanan darah
· Monitor VS pada saat pasien berbaring, duduk atau berdiri
· Monitor TD , nadi, RR, sebelum, selama dan sesudah aktivitas
· Monitor kualitas dari nadi
· Monitor frekuensi dan irama dari pernafasan
· Monitor suara paru
· Monitor pola pernafasan abnormal
· Monitor warna, suhu dan kelembaban kulit
· Monitor sianosis perifer
· Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
· Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
|
2.
|
Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24jam anak bebas dari cidera
dengan kriteria hasil:
· Menunjukan homeostatis
· Tidak ada perdarahan mukosa dan bebas dari komplikasi lain
|
· Sediakan lingkungan yang aman untuk
pasien
· Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit
terdahulu pasien
· Menghindari lingkungan yang berbahaya
misalnya memindahkan perabotan
· Memasang side rail tempat tidur
· Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
bersih
· Membatasi pengunjung
· Memberikan penerangan yang cukup
· Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien
· Mengontrol lingkungan dari kebisingan
· Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
· Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit.
|
3.
|
Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaphoresis, faktor yang
mempengaruhi kebutuhan cairan (hipermetabolik).
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24jam volume cairan adekuat
dengan kriteria hasil:
· Mempertahankan urine output sesuai dengan
usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
· Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas
normal
· Tidak ada tanda- tanda dehidrasi,
elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan.
|
Fluid management:
· Pertahankan catatan intake dan output yang
akurat
· Monitor status dehidrasi (kelembaban
membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)
· Monitor vital sign
· Monitor asupan makanan/ cairan dan hitung
intake kalori harian
· Lakukan terapi IV
· Monitor status nutrisi
· Berikan cairan
· Berikan cairan IV pada suhu ruangan
· Dorong masukan oral
· Berikan penggantian nasogastrik sesuai
output
· Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
· Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas
belimbing perhari
· Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
· Atur kemungkinan transfusi
|
4.
|
Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam ansietas
klien/keluarga hilang dengan kriteria hasil:
· Klien/keluarga dapat mengidentifikasi
hal-hal yang dapat meningkatkan dan menurunkan suhu tubuh
· Klien/keluarga mau berpartisipasi dalam
setiap tidakan yang dilakukan
· Klien/keluarga mengungkapkan penurunan
cemas yang berhubungan dengan hipertermi, proses penyakit
|
· Kaji dan
identifikasi serta luruskan informasi yang dimiliki klien/keluarga mengenai
hipertermi
· Berikan informasi
pada klien/keluarga yang akurat tentang penyebab hipertermi
· Validasi perasaan
klien/keluarga dan yakinkan klien/keluarga bahwa kecemasan merupakan respon
yang normal
· Diskusikan dengan
klien/keluarga rencana tindakan yang dilakukan berhubungan dengan hipertermi
dan keadaan penyakit
|
IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan
tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan mencakup tindakan mandiri
dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan
analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang
lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan
oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
EVALUASI
Merupakan penilaian
perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan yang berpedoman kepada hasil
dan tujuan yang hendak dicapai.
Subjektif : Keluhan yang dikatakan pasien
Objektif : Keluhan yang dilihat atau dikaji perawat
Asesment : Penilaian masalah teratasi sebagaian/ belum
Planning : Rencana lanjut jika masalah belum
teratasi
Daftar
Pustaka
Corwin, Elizabeth J.
2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, M.E, Marry F.
MandAlice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C.
(1990). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Ed. 3. Jakarta,
EGC.
Guyton, Arthur C.
(1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.
http://khakarangga.blogspot.com/2013/01/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-febris.html diakses pada Rabu, 16
Juli 2014, pukul : 20.00 WITA
http://putririzkadewi.blogspot.com/2011/11/febris-demam.html diakses pada Rabu, 16
Juli 2014, pukul : 20.00 WITA
http://riezkhyamalia.wordpress.com/2013/11/27/laporan-pendahuluan-demam-febris.html diakses pada Rabu, 16
Juli 2014, pukul : 20.00 WITA
Julia Klaartje Kadang,
SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam. Dalam http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-febris-demam.html diakses pada Rabu, 16
Juli 2014, pukul : 20.00 WITA
NANDA NIC-NOC. 2012.
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA. Yogyakarta: Media Hardy
Wong, Dona L, dkk,.
2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis:
Mosby Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar